Objek Wisata Puncak Jayawijaya terletak di daerah tropis merupakan pegunungan yang diselimuti salju, Anda dapat meralat anggapan tersebut setelah berkunjung ke Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih singkat disebut Puncak Jaya, memiliki ketinggian mencapai + 4.884 meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti oleh salju abadi.
Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering. Dalam sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami penyusutan yang serius. Penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah, sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.
Puncak Jayawijaya merupakan salah satu puncak gunung bersalju yang ada di perlintasan garis khatulistiwa, selain pegunungan di Afrika dan Amerika Latin. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya nampak seperti permadani hitam yang diselimuti oleh tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan. Kandungan es di pegunungan ini diperkirakan mencapai 5 persen dari cadangan es dunia yang berada di luar Benua Antartika. Namun akibat pemanasan global, jumlah tersebut dari tahun ke tahun kian menyusut. Jika dilihat dari tipe gletsernya, kawasan bersalju di Jayawijaya masuk ke dalam tipe Alpine Glaciation. Sementara gletser (aliran lumeran salju) di wilayah ini masuk ke dalam tipe Valley Glacier, yaitu aliran gletser yang mengalir dari tempat tinggi menuju daerah yang lebih rendah. Oleh sebab itu, di daerah ini dimungkinkan terdapat aliran sungai es.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung bersalju di daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua. Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623. Karena belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada. Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Puncak yang juga terdaftar sebagai salah satu dari tujuh puncak benua (Seven Summit) yang sangat fenomenal dan menjadi incaran pendaki gunung di berbagai belahan dunia. Puncak Jayawijaya terletak di Taman Nasional Laurentz, Papua. Puncak ini diselimuti oleh salju abadi. Salju abadi di Puncak Jayawijaya merupakan satu dari tiga padang salju di daerah tropis yang terdapat di dunia. Di negeri kita yang dilalui garis khatulistiwa ini, menyaksikan adanya salju di Indonesia tentunya sesuatu yang mustahil untuk bisa dimengerti. Carstenz Pyramid (4884 mdpl) adalah salah satu puncak yang bersalju tersebut. Puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Pasifik ini terletak di rangkaian Pegunungan Sudirman. Puncak ini terkenal tidak hanya karena tingginya, tetapi juga karena terdapat lapisan salju di puncaknya.
Akses manuju Objek Wisata Puncak Jayawijaya
Mengingat medan pendakian yang berat, proses perizinan yang rumit, serta jaminan keamanan ketika proses pendakian, sebaiknya para pendaki memanfaatkan jasa agen perjalanan yang berpengalaman. Berbagai agen perjalanan yang memiliki reputasi internasional telah menyediakan dua pilihan jalur pendakian, yaitu jalur klasik melalui Desa Ilaga, atau jalur kedua yang lebih nyaman dengan menumpang helikopter menuju base camp Bukit Danau (Danau Valley).
Jasa agen perjalanan tersebut biasanya akan menangani juga masalah perizinan, transportasi dari Jakarta menuju Papua, persewaan helikopter menuju base camp, pemandu pendakian, asuransi, serta latihan dan pengkondisian tim sebelum pendakian. Tentu saja, biaya per orang untuk satu tim pendakian dengan menggunakan jasa agen perjalanan memerlukan biaya yang cukup besar, yaitu sekithttp://www.blogger.com/img/blank.gifar 10.000 USD per orang (atau sekitar seratus juta rupiah lebih).
Objek Wisata Puncak Carstenz
Puncak Carstensz Pyramid memiliki ketinggian 4884 M dpl (16023 ft). Lokasi koordinatnya berada pada S 04°04.733 dan E 137°09.572, terletak di sebelah barat central highland yang disebut dengan Jayawijaya dan pegunungan Sudirman. Banyak yang mengira bahwa puncak Jayawijaya sama dengan Carstensz Pyramide, padahal kedua puncak ini bersebelahan letaknya.
Pada tahun 1623 Navigator dari Belanda John Carstensz menjadi orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es di negara tropis di garis eografis equator Barat Papua Nugini. Hasil laporannya ditanggapi dengan gelak tawa oleh publik pada saat itu. Baru pada tahun 1899, selang 3 abad lamanya ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta di situ membenarkan apa yang di sampaikan John Carstensz. Maka namanya di abadikan di situ.
Gunung ini memang terletak di Indonesia, namun pendaki yang menyemarakkan dengan menjelajahi punggungannya kebanyakan malah dari pendaki luar negeri bukan pendaki lokal. Tahukah Anda, setiap tahunnya ada sekitar 200-300 pendaki luar negeri yang mengeksplore gunung ini, sementara pendaki Indonesia hanya puluhan orang saja. Memang terlihat aneh, namun inilah faktanya yang terjadi di lapangan. Usut punya usut pendaki lokal terkendala dalam hal perijinan.
Untuk mendaki gunung ini ada dua akses, yaitu melalui freeport dan ilaga. Galih Donikara, seorang senior Wanadri menyebutkan untuk mendaki gunung ini harus memiliki rekomendasi dari kantor Menpora, Kapolri, BIA – intelejen Indonesia, Menhutbun/PKA, PT Freeport Indonesia (PTFI). Kalau mau lewat Tembagapura ditambah dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Itu semua harus diurus di Jakarta. Lalu di Jayapura, rekomendasi dari Bakorstranasda dan Kapolda harus dikantongi. Di Timika, rekomendasi EPO dan izin PTFI untuk fasilitas lintasan. ”Terakhir di Tembagapura, koordinasi dengan Emergency Response Group (ERG) untuk penanganan Emergency Procedur dan aparat Satgaspam untuk masalah keamanan lintasan,” jelas pendaki gunung yang sempat tergabung dalam ekspedisi Indonesia – Everest ’97 ini. Rentetan panjang daftar surat rekomendasi ini yang akhirnya banyak membuat pendaki kita lebih memilih mendaki luar negeri. Sementara untuk akses Ilaga, dibutuhkan lebih banyak lagi biaya dan waktu yang lebih lama untuk mencapai kemah induk.
Sumber : link
0 komentar:
Posting Komentar