Beberapa tahun belakangan ini, sepertinya pariwisata di Kabupaten Gunungkidul sedang menggeliat dengan semangatnya. Bisa dibilang sudah seperempat bangun lah. Publikasi objek wisata baru semakin sering saya lihat, terutama melalui jejaring media sosial. Publikasi ini terbukti efektif menarik wisatawan dalam kota maupun antar propinsi. Salah satu spot piknik yang sedang naik daun adalah Air Terjun Kedung Kandang.
Rute Perjalanan (menggunakan kendaraan)
Air Terjun Kedung Kandang terletak di Dusun Sendangsari, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DIY. Lokasi Kedung Kandang masih satu komplek dengan Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran yang sudah termahsyur itu. Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk sampai ke Kedung Kandang karena masyarakat sekitar berinisiatif memasang petunjuk arah di setiap persimpangan jalan. Kalo masih bingung ya pake GPS (Gunakan Penduduk Setempat alias tanya orang situ). Jika anda datang dari arah kota Wonosari, di pertigaan Sambipitu ambil ke arah Nglanggeran/ SMA N 1 Pathuk.. Ikuti jalan utama sampai ketemu warung Mi Ayam Mbak Ning (Semoga warungnya masih ada ketika sampeyan membaca artikel ini), nah di dekat warung tersebut ada jalan masuk ke kiri (jalannya masih belum aspal alias batu). Susuri jalan tersebut kira-kira 200m sampai ketemu lapangan voli yang beralih profesi menjadi lahan parkir. Silahkan parkirkan kendaraan anda di situ dan persiapkan fisik (dan juga bekal karena gak ada yang jualan) anda untuk berjalan kaki menuju ke air terjun.
Perjalanan yang sesungguhnya (menggunakan kaki anda sendiri)
Perjalanan yang sesungguhnya dimulai dari sini. Anda harus berjalan kaki dari parkiran menuju ke air terjun sejauh kira-kira 1 km. Jalan yang akan dilalui adalah jalan setapak dan sebagian besar berupa jalan di pematang sawah.
Jalan setapak menuju air terjun. Banyak petunjuk disepanjang jalan, jadi jangan takut nyasar
Jalan setapak menuju air terjun. Banyak petunjuk disepanjang jalan, jadi jangan takut nyasar.
berbincang sejenak dengan petani setempat
berbincang sejenak dengan petani setempat
Kebetulan saya datang kemari, ketika musim panen padi sudah dekat. Sembari melenggangkan langkah kaki menyusuri jalan pematang, saya bisa menikmati indahnya lautan padi yang menguning. Kontur tanah yang berupa bukit-bukit memaksa pak tani untuk membuat sawah dengan sistem terasering. Sekilas mengingatkan saya pada sawah-sawah di Ubud yang menjadi salah satu primadona di Bali.
Ubud KW
Ubud KW
Kedung Kandang Diapit Persawahan Bendo
Kedung Kandang Diapit Persawahan Bendo
Kebetulan kawan (yang saya nobatkan menjadi guide) kali ini adalah seorang pramuka sejati dan masih single, sehingga dia nekat membuat rute baru yang dinilai lebih dekat menuju ke air terjun (waktu itu mendung gelap mulai menggantung jadi kami harus bergegas sebelum hijan turun). Sempat jalan kami mentok, sehingga terpaksa turun ke sawah dan saya merasa bersalah telah menginjak-nginjak sawah pak tani…maafkan saya pak ( don’t try this at sawahnya orang!!!).
Air Terjun Kedung Kandang
Air Terjun Kedung Kandang membelah persawahan Bendo dengan cantiknya, tidak kalah simetris dengan belahan rambut Haji Lulung. Yang unik dari air terjun ini adalah selain dikelilingi sawah yang berundak-undak, tampilan Air terjun Kedung Kandang pun juga berundak-undak. Aliran air jatuh secara bertahap menyusuri setiap tingkat batuan vulkanik yang merupakan hasil bentukan aktivitas Gunung Purba Nglanggeran di masa lampau.
Menurut penduduk setempat, Kedung Kandang sendiri adalah nama kedung yang berada di bagian paling atas air terjun. Selanjutnya di bawahnya ada Kedung Kanthil, Kedung Manten dan Kedung Keris (fyi, menurut KBBI, kedung adalah lubuk atau bagian sungai yang terbendung).
Kurang afdol kalo enggak maenan aer
Kurang afdol kalo enggak mencelupkan kaki
Perlu diketahui juga bahwa air terjun ini merupakan bagian dari sungai musiman yang mana menjadi kering ketika musim kemarau. Debit air cukup deras ketika saya mengunjungi tempat ini. Dan setahu saya di lokasi air terjun tidak terdapat tempat sampah, jadi sampah harap dibawa pulang ( jangan buang di sungai yak )
Irama air
Irama sang air
Mencicipi segarnya air. Tenang aja, enggak diminum kok. Sepertinya...
Berhubung rintik hujan sudah mulai turun, saya terpaksa pulang dan mengurungkan niat naik ke tingkatan atas air terjun. Untunglah guide saya sudah diberi hidayah sehingga pulangnya melewati jalan yang benar. Belum ada retribusi masuk untuk objek wisata ini. Pengunjung cukup membayar parkir yang dikelola oleh warga setempat dengan harga seikhlasnya sesuai kesadaran masing.
menyusuri jalan pulang.
sumber : link
0 komentar:
Posting Komentar