Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau. Memasuki Taman Wisata Lembah Harau, seperti berada dalam sebuah benteng dengan tebing . kemerah-merahan dengan ketinggian antara 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak dengan kokohnya yang mengelilingi lembah.
Lembah Harau ini terbentuk akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon.
Kawasan objek wisata Lembah Harau terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Kawasan Aka Barayu, Sarasah Bunta, dan Rimbo Piobang.
Pada kawasan Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.
Untuk kawasan Sarasah Bunta yang terletak disebelah timur Aka Barayun, memiliki empat air terjun (sarasah) Aie Luluih, Bunta, Murai dan Aie Angek. Sarasah Aie Luluih, air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah.
Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.
Sedangkan pada kawasan Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Lembah Harau ini juga terbagi 2 daerah wisatanya yaitu Sarasah Bunta dan Aka Barayun( Akar Berayun-red). Di Sarasah Bunta terdapat 5 buah air terjun, dan di Aka Barayun cuman ada 1 air terjun. Air Terjun di Lembah Harau ini sangat jernih dan dingin, dan juga ada ikan-ikan kecil. Untuk air terjun di Aka Barayun sudah berupa kolam sehingga berenang jadi lebih enak. Sedangkan yang di Sarasah Bunta penampungan air terjunnya masih alami sehingga bermain di air terjunnya jadi lebih asyik.harau2
Jika merasa bosan dengan air terjun doank, sebaiknya memilih lokasi ke Akar Berayun karena disana fasilitas lebih lengkap dan disana juga sudah dilengkapi oleh Cottage/Resort. Selain itu di daerah akar berayun juga tersedia Bendi alat trasportasi tradisional Minangkabau serta juga dapat ditemui Kebun Binatang kecil dan juga bisa mengunjungi tempat penangkaran kupu-kupu. Dan yang lebih asyik disana juga telah disediain akses para pendaki tanpa alat dengan menaiki anak tangga sampai tebing paling atas, sehingga bisa melihat pemandangan seluruh Lembah Harau.
Legenda
Menurut alkisah, pada suatu masa raja Hidustan berlayar bersama istri dan anaknya putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka syukuran karena sang putri telah bertunangan dengan seorang pemuda dari Hindustan yang bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat kedua insan tersebut telah mengikat janji dan bersumpah sehidup semati. Putri Sari Banilai bersumpah apabila ia ingkar janji, ia rela menjadi sebuah batu. Sebaliknya Bujang Juaro juga bersumpah apabila dia yang ingkar, dia akan berubah menjadi ular.
Dalam perjalanan perahu mereka dihempas badai dan terdampar disebuah selat. Akibat dari hempasan badai perahu tersebut menjadi rusak, dan untuk mencegah karam, perahu ditambatkan pada batu besar yang mengapit selat tersebut.
Mereka ditolong oleh penduduk setempat, dan karena statusnya yang bangsawan, mereka diterima oleh penguasa Harau, tempat dimana mereka terdampar. Kondisi kapal yang rusak parah, membuat mereka tidak bisa segera berlayar kembali. Hubungan kedua keluarga raja tersebut semakin akrab. Karena mereka merasa kerasan dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat, raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat yang bernama Rambun Paneh. Dia tidak tahu mengenai perjanjian antara putrinya dan Bujang Juaro.
Waktu berlalu, kedua pasangan tersebut telah dikarunia anak. Pada suatu hari, mainan anaknya jatuh ke dalam air, dan tidak muncul kembali. Sudah barang tentu anak tersebut menangis sejadi-jadinya, dan membuat ibunya merasa kasihan. Tanpa pikir panjang, putri Sari Banilai langsung terjun ke dalam laut untuk mengambil mainan tersebut.
Sungguh malang, alih-alih mendapatkan mainan anaknya, justru ombak besar datang menghempasnya dan membuat sang putri terjepit diantara batu-batu besar.
Saat itu sang putri teringat dengan janjinya kepada Bujang Juaro. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar air disurutkan, dan kalau memang dia membuat kesalahan dia rela disumpah menjadi batu. Air kemudian surut secara perlahan, begitu juga tubuh sang putri, perlahan-lahan berubah menjadi batu.
Lokasi
Terletak di Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Koto, Propinsi Sumatera Barat.
Peta dan Koordinat GPS: 0° 6' 33.04" S 100° 38' 57.69" E
Aksesbilitas
Berjarak ± 138 Km dari Padang ±, 47 Km dari Bukittinggi, sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh, dan ±2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum dengan konsisi beraspal rata dan bagus. Hanya saat mendekati tiga air terjun disisi kanan pintu masuk, jalan sekitar 200 m belum diaspal.
Bagi yang menggunakan kendaraan umum dari kota Bukittinggi di awali dari terminal Aur Kuning. Naik bis jurusan Payakumbuh, kemudian diteruskan dengan naik bus ke Sari Lama atau Lamaksari. Dari Sari Lama perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km (sekitar satu jam) menuju ke pintu masuk cagar alam. perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan umum yang khusus ke Lembah Harau, atau dapat naik angkutan umum ke Pangkalan atau ke Pakan Baru dan turun di Sari Lamak yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Lima Puluh Kota
Dari Sari Lamak ini sebagai petualang anda dapat saja berjalan kaki paling sekitar 5 KM untuk sampai ke Lembah Harau atau sewa Ojek agar lebih bebas menikmati keindahan Objek Wisata ini.
Tiket dan Parkir
Tiket masuk untuk anak-anak Rp. 3.000,-per orang dan untuk dewasa Rp.5.000,- per orang.
Akomodasi dan Fasilitas
Tersedia pondok kecil dan Rumah Gadang di dasar lembah untuk tempat menginap. Harga sewa kamar semalam bervariasi, mulai dari Rp 50.000,- hingga Rp 2 juta per malamnya. Bagi para peminat olah raga panjat tebing, disediakan pemandau yang akan membimbing untuk melakukan olah raga tersebut.
Juga tedapar warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman.
Di sini, tersedia fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, tempat berkemah, dan jlan setapak untuk hiking keliling kawasan. Harga tanda masuk relatif murah. Di loket penjualan karcis, akan mendapatkan peta kawasan cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau. Bila membutuhkan penunjuk jalan, kita juga bisa menggunakan jasa tenaga guide yang yang dibayar harian.
0 komentar:
Posting Komentar